Minggu, 13 Juni 2010

Pro Kontra RapeX

TINGGINYA tingkat perkosaan di Afrika Selatan (Afsel) membuat Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) mendukung pendistribusian kondom Rape-Axe (RapeX). Jenis kondom yang dipatenkan oleh wanita Afsel Sonnet Ehlers tersebut diharapkan bisa menekan jumlah perkosaan di negeri pelangi ini. Bentuk kondom ini mirip seperti tampon yang biasa dikenakan saat menstruasi atau femidom (kondom untuk wanita). Tapi di dalam kondom tersebut disisipi potongan besi tipis yang sangat tajam. Jadi ketika pria berusaha memperkosa, maka besi tajam tersebut akan melukai kelaminnya. Besi tajam itu akan tetap melekat di alat vital pria tersebut dan hanya bisa dilepaskan melalui tindakan operasi. Efektifnya, polisi bisa langsung menciduk calon pemerkosa, karena dia bakal pergi ke rumah sakit untuk melepaskan alat tersebut. “Saya sebelumnya bekerja di Badan Transfusi Darah. Di sana saya sering menemukan korban perkosaan. Banyak sekali,” ujar Ehlers. “Alat ini bisa memberikan rasa aman bagi para wanita,” lanjut Ehlers. Tingginya jumlah perkosaan di Afsel terkait dengan tradisi bahwa pria adalah kaum yang berkuasa dan punya hak atas wanita. Tak heran selain tingkat kejahatan ini, di Afsel banyak pria yang memiliki istri lebih dari lima. Selain untuk menekan angka perkosaan RapeX juga memiliki jenis lain, yakni untuk mencegah kehamilan dan menjauhkan diri dari HIV/AIDS. Meski mampu menekan jumlah perkosaan, RapeX tetap saja memiliki kekurangan. Bila si pemerkosa adalah pengidap HIV/AIDS maka darah luka dari besi tajam tersebut bakal mengenai korban. Besar kemungkinan korban bakal tertular HV/AIDS juga. Selain itu, penggunaan RapeX juga memiliki risiko besar. Bila si pemerkosa emosi lantaran kelaminnya terluka, dia bisa saja membunuh korbannya. “Kita tidak bisa memastikan apa yang bakal terjadi dalam sebuah percobaan perkosaan. Bila pemerkosa gagal karena korban memakai RapeX, korban bisa melarikan diri untuk mencari pertolongan,” papar Ehlers membantah kritikan yang ditujukan padanya. JOHANNESBURG, South Africa 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar