Senin, 21 Juni 2010

Boudewijn ‘Bolo’ Zenden dan Nasi Goreng

‘Halo apa kabar?’ Tanyanya dalam bahasa Indonesia ketika saya memperkenalkan diri sebagai jurnalis dari tanah air. Masih dalam keadaan terkejut, dia melanjutkan “Kabar saya baik. Terima kasih. Mau nasi goreng? Sambungnya diakhiri dengan derai tawa. Itulah perkenalan saya dengan mantan bintang timnas Belanda Boudewijn ‘Bolo’ Zenden, saat menghadiri latihan De Oranje, Minggu, 20 Juni 2010 di Wits Rugby Stadium. Pertanyaan pertama yang meluncur dari mulut saya tentu saja dari mana dia bisa berbicara bahasa Indonesia. “Saya beberapa kali ke Bali bersama keluarga saya,” jelasnya kali ini dengan Bahasa Inggris. “Saya hanya tahu sedikit-sedikit saya. Bali adalah salah satu tujuan utama ketika memilih tempat berlibur,” lanjut pria kelahiran 15 Agustus 1975 tersebut. “Kamu suka makan nasi goreng?,” Saya menjawab tentu saja menyukai salah satu makanan favorit di Indonesia itu. Saya pun penasaran mengapa Zenden terus-terusan bertanya soal nasi goreng. “Saya sebenarnya tidak terlalu suka dengan makanan itu. Namun saya punya pengalaman indah dengan nasi goreng,” ucap pria yang berban hitam Judo dan juga seorang vegetarian itu. “Saya juga pernah lho ke Jakarta. Bersama PSV Eindhoven. Tapi, saya lupa bagaimana kota itu. Sekarang sudah berkembang pastinya ya?,” tanya Zenden berbinar-binar. Saya paparkan bahwa Jakarta sekarang sudah menjadi salah satu kota terdepan di Asia Tenggara. “Oh, mungkin saya bakal ke sana lagi.” Setelah puas bertanya, Zenden menjelaskan alasan dia hadir di Wits Rugby Stadium. “Saya bukan staff dari KNVB (Federasi Sepak Bola Belanda). Tapi saya datang atas undangan mereka. Saya juga tidak menjadi komentator dari salah satu stasiun televisi,” ungkap punggawa Sunderland tersebut. “Saya ingin memberi dukungan bagi rekan-rekan di Piala Dunia ini. Saya kagum dengan performa mereka. Permainan mereka sangat solid.” Lalu apakah Zenden yakin Mark van Bommel dkk bakal keluar sebagai kampiun pada 11 Juli mendatang? “Mengapa tidak? Materi tim ini bagus sekali. Saya rasa kami bisa melakukannya. Tapi Belanda harus tetap waspada.” JOHANNESBURG, South Africa 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar