Senin, 21 Maret 2011

Antusiasme Jong Indonesia

Bola mata cokelat muda milik Jemayel Maruanaja membesar, ketika ditanyakan pendapatnya soal sepak bola nasional. Salah satu pemain yang tergabung dalam Jong Indonesia ini mengaku buta tentang perkembangan si kulit bundar di Tanah Air. Minimnya saluran televisi Asia di Eropa, menjadi salah satu alasan punggawa milik Fortuna Sittard tersebut. “Saya sama sekali tidak tahu. Tapi, saya sangat senang bisa ke Indonesia untuk bermain melawan beberapa tim,” papar pemain berusia 22 tahun tersebut. “Ini adalah kala ketujuh saya ke Indonesia. Tapi, kami ini berbeda karena saya datang bersama teman-teman untuk bermain sepak bola,” imbuh bek yang mengidolai Dani Alves dan Giovanni van Bronckhorst tersebut. Bukan hanya Jemayel yang melontarkan hal ter
sebut. Steven Steegh juga mengeluarkan kometar yang nyaris senada. Kiper yang tercatat sebagai punggawa Borussia Moenchengladbach itu tidak pernah mendengar berita tentang persepakbolaan nasional. Setelah meladeni Nusaina FC di Ambon, Selasa (15/3), Jong Indonesia menjajal Pelita Jaya di Stadion Utama Gelora Utama Soekarno (SUGBK), Sabtu (19/3). Dalam pertandingan tersebut, kedua tim berbagi angka 1-1. Gol cepat lahir pada pertandingan uji coba tersebut. Laga baru berjalan empat menit, pemain Pelita Jaya Riyandi Ramadhana berhasil melesakkan gol. Namun, keunggulan klub berjuluk The Young Guns tersebut hanya bertahan empat menit. De Jong Indonesia terhindar dari kekalahan setelah Michel Van Veen mencetak gol pada menit ke-8. Hasil imbang tersebut bertahan sampai pertandingan usai. “Laga hari ini (kemarin) lebih berat dari sebelumnya. Pemain Pelita Jaya sangat mobile. Mereka bermain sebagai unit. Kerjasama tim Pelita Jaya sempat mengejutkan kami. Tapi, untuk berkembang mereka harus mengasah kemampuan di kompetisi," ungkap Pelatih Jong Indonesia Johnny Taihuttu. Hadirnya Jong Indonesia di tanah Air tak lepas dari rencana pemerintah untuk menularkan skill individual, teknik kepada pemain muda di Indonesia, khususnya Maluku. “Ini adalah program (pertandingan uji coba) yang positif, karena akan memotivasi para pemain muda Maluku. Bertanding melawan mereka (Jong Indonesia) akan memotivasi pemain muda Maluku untuk mengejar karier di Belanda,” papar Presiden Direktur Nusaina Group, Sihar Sitorus. Komentar senada juga dilontarkan Ketua Organizing Committee (LOC), Amril Buamona. “Kehadiran dan pertandingan melawan mereka juga akan meningkatkan motivasi para pemain muda Indonesia,” papar Amril,yang juga asisten staf khusus presiden bidang pembangunan daerah dan otonomi daerah ini. Dengan program yang berkesinambungan Amril dan Sihar optimistis skill pesepak bola muda akan semakin terasah. Dan, cita-cita untuk memiliki timnas sepak bola yang lebih baik akan terwujud. “Pemerintah mendorong dan bekerja sama dengan pihak lain untuk terus berusaha memajukan sepak bola,” pungkas Amril. JAKARTA, Indonesia 2011

Kamis, 17 Maret 2011

Sepak Bola Jadi Kebutuhan Wajib dan Dijuluki Brasil Van Ambon

Di Desa Tulehu, Kecamatan Solahutu, Maluku Tengah, sepertinya setiap bocah laki-laki diciptakan untuk bermain sepak bola. Mereka bahkan lebih takut tertinggal bola plastik ke sekolah dibandingkan lupa membawa buku pelajaran atau luput mengerjakan pekerjaan rumah. Dan, setiap ada jeda waktu, mereka akan berada di sisi pantai, jalan atau rela berbagi tanah lapang dengan sapi untuk menendang si kulit bundar. Anak-anak itu memendam cita-cita luhur, menjadi tulang punggung timnas Indonesia suatu hari kelak. Di desa ini pula lahir gelandang Persija Ramdani Lestaluhu. Pemain yang juga pernah jadi anggota timnas U-19 serta U-23. Atau, mantan stopper timnas Indonesia Khairil ‘Pace’ Anwar yang juga lahir di desa ini. Pace juga bek tangguh di era awal 2000’an, kala membela Persebaya Surabaya dan sebelumnya Barito Putra dan Assyabaab Salim Grup Surabaya (ASGS). ”Mereka ingin seperti saudara-saudaranya yang menjadi pesepak bola profesional. Dan, impian itu melekat di benak mereka setiap kali bermain sepoak bola,” ujar Luthfi, yang merupakan kakak kandung dari Ramdani ”Mereka ingin seperti saudara-saudaranya yang menjadi pesepak bola profesional. Dan, impian itu melekat di benak mereka setiap kali bermain sepoak bola,” ujar Luthfi, yang merupakan kakak kandung dari Ramdani Lestaluhu. Bukan hanya Ramdani atau Pace yang mengharumkan nama Tulehu di kancah sepak bola. Tempat indah ini seakan tidak pernah kehabisan calon bintang kulit bundar. Tercatat lima remaja asal Tulehu berlatih di Uruguay, Alvin Tuasalamony, Rizky Pellu, Saeful Ohorella, Abdul Rahman Lestaluhu dan Sedek Sanaky. Bakat anak-anak Tulehu ini mendapat perhatian besar. Terutama dari Nusaina Group, lewat Nusaina FC. Ditambah bantuan pemerintah daerah, Nusaina Group berkomitmen untuk berpartisipasi memajukan sepak bola di Maluku. Lantaran hal ini pula, mantan pemain yang dulu merantau dan kini pulang kampung, untuk turut mengasah bakat para juniornya. Apalagi, tim ini berkonsentrasi pada pembinaan pemain usia di bawah 18 tahun itu. ”Kami siap memfasilitasi untuk membangun sepak bola Maluku, dan tentu saja Tulehu,” papar Direktur PT Nusaina Group Soedarjo Sumitro. Sepak bola juga tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan remaja Tulehu. Lapangan Matawaru yang terletak di tepi pantai Tulehu, tak pernah sepi apalagi Nusaina FC berlatih atau bertanding. Stamina pemain yang tak kenal lelah, kecepatan berlari yang mengagumkan, skill individual yang atraktif, membuat penonton rela berlama-lama di stadion. Tak heran, beberapa media lokal menyebut Tulehu sebagai Brasil van Ambon. ”Jika kami memiliki fasilitas yang lebih memadai, kemampuan pemain tentu bisa ditingkatkan,” imbuh Luthfi, yang merupakan pelatih Nusaina FC. ”Kami sudah lama tahu Maluku menyumbang banyak pemain untuk timnas. Kami berharap pihak terkait lebih memperhatikan untuk mengembangkan sepak bola Indonesia timur.” Lanjutnya. Momen paling indah bagi Tulehu ketika mewakili Maluku dalam turnamen U-15 Piala Medco 2006. Maluku, yang didominasi remaja Tulehu berhasil menjadi juara nasional setelah menjinakan favorit juara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. AMBON, Indonesia 2011