Kamis, 10 Juni 2010

Semangat Piala Dunia ala Vakhegula Vakhegula

USIA mereka memang sudah tidak muda lagi. Lari mereka juga tak secepat Samuel Etoo atau Arjen Robben. Tapi untuk urusan sepak bola jangan pernah meremehkan Vakhegula Vakhegula. Sebuah klub sepak bola yang berisikan 35 nenek-nenek dengan rata-rata usia 50-84 tahun ini berani menunjukkan kekuatan mereka kepada tim mana pun yang menantang di lapangan hijau. Kini para nenek ini tengah bersiap untuk menghadiri turnamen olah raga untuk lanjut usia di Lanchaster, Michigan, Amerika Serikat (AS). Vakhegula Vakhegula didirikan lima tahun lalu oleh Beka Ntsanwisi. Awalnya hanya untuk menjaga agar wanita lanjut usia bisa menjaga kebugaran tubuhnya. Namun, idenya itu ternyata jitu. Apa yang terjadi pada Onica Ndzovela adalah bukti nyata. Nenek berusia 77 tahun ini awalnya mengeluhkan sakit punggung dan lutut sebelum bergabung dengan Vakhegula Vakhegula tiga tahun lalu. “Saya merasa segar sekarang. Saya tidak merasakan sakit lagi. Saya bisa lari,” ujar Ndzovela kepada saya sembari tertawa. Vakhegula Vakhegula sudah beberapa kali melakukan laga uji coba. Hebatnya lagi, mereka kerap memenangkan pertandingan –pertandingan tersebut. Semangat nenek-nenek ini semakin terbakar dengan berlangsungnya Piala Dunia di Afrika Selatan (Afsel). Menurut salah seorang ujung tombak Vakhegula Vakhegula Mudjadji Makondo dirinya akan menyaksikan laga Piala Dunia agar bisa belajar trik-trik baru mengelabui lini belakang lawan. “Saya selalu menyaksikan pertandingan Piala Dunia. Sangat menyenangkan untuk bisa mendapatkan ilmu menjebol gawang lawan,” ujar penyerang berusia 68 tahun tersebut. Klub yang kerap menghibur warga dalam pertandingannya itu berlatih rutin tiga kali dalam sepekan. Setiap latihan mereka bisa menghabiskan waktu 3-4 jam. Tapi sayang, di musim dingin seperti saat ini di Afsel, Vakhegula Vakhegula berhenti berlatih. “Kami pernah berlatih awal bulan (Juni) ini tapi udara sangat dingin. Saya rasa meski kami bersemangat kami harus ingat umur juga,” papar Maradona, gelandang yang bernama asli Chrestina Machede tersebut. Vakhegula Vakhegula yang dalam bahasa Xitsonga berate nenek-nenek ini bermarkas di dekat Kota Tzaneen, Provinsi Limpopo, 600 kilometer sebelah utara Johannesburg. Untuk urusan kekuangan klub, Vakhegula Vakhegula mengandalkan iuran anggota tim atau sumbangan penonton yang datang menyaksikan mereka bertanding. Termasuk untuk ongkos bermain di AS, 13-18 Juli mendatang. Bila dana tak terkumpul kemungkinan nenek-nenek ini bakal gagal unjuk gigi di Piala Veteran di Negeri Paman Sam. “Kami butuh 500.000 rand (sekitar Rp602,550,000) tapi kini hanya punya 130.00 rand,” ujar Ntsanwisi. LIMPOPO, South Africa 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar