Sabtu, 21 Juni 2008

I Have to Eat (Oceanic) Fish Every Friday

Mendapatkan seluruh pertandingan perempat final berarti harus menghabiskan hampir 96 jam di kereta. Maklum saja, perjalanan dari Basel, Swiss ke Wina, Austria memakai waktu sekitar 12 jam. Begitu pula sebaliknya. Jumat pagi-pagi sekali, sekitar pukul 05.00 waktu setempat saya sudah ada di kereta yang akan membawa ke Zurich dari Lucern. Dari kota terbesar di Swiss itu perjalanan dilanjutkan ke Wina, dengan jarak tempuh 784 km. Melawan rasa mengantuk yang amat sangat, karena tidak tidur pada malam hari sebelumnya, saya langsung merapikan kursi yang bisa diubah menjadi tempat tidur tersebut. Tanpa mengindahkan satu orang yang berada di kabin yang sama. Rasa kantuk ditahan mati-matian, guna menunggu pemeriksaan tiket oleh kondektur. Tujuannya sangat jelas, agar bisa tidur tanpa gangguan.Sembari menunggu sang kondektur tiba dan juga pemeriksaan passport, rekan sekabin mengajak ngobrol. Ternyata dia juga seorang jurnalis yang menuju Wina untuk laga perempat final Euro 2008, antara Kroasia versus Turki, di Stadion Ernst Happel. Pria yang kemudian memperkenalkan dirinya bernama Jerzy Sasorski itu adalah wartawan harian terbesar di Polandia, Dziennik Polski. Setelah bertukar cerita dan kondektur kereta datang, saya pun mengatakan harus tidur. Menjelang pukul satu siang, saya terbangun, dan ternyata kami baru saja tiba di Salzburg. Obrolan dengan teman baru itu pun berlanjut. Segala macam pengalaman terlontar dari pria setengah baya tersebut. Karena belum mengisi perut sejak malam harinya, rasa lapar pun menyerang. Saya mengatakan pada Jerzy akan pergi ke kereta makan. "I think I will go too," jawabnya. Logat pria yang sudah 30 tahun menjadi jurnalis itu terdengar lucu di telinga. Pasalnya setiap dia mengatakan kata dalam bahasa Inggris dengan awalan atau akhiran 'th' yang keluar dari mulutnya adalah bunyi huruf 'f'. Di kereta makan ternyata saya tidak menemukan menu yang cocok. Akhirnya saya hanya membeli kopi dan sebotol minuman mineral. Sementara Jerzy mencari makanan dengan bahan utama ikan. Sayangnya makan tersebut tidak ada. Respon mengejutkan diucapkan Jerzy. "I have to eat fish every Friday. Wifout (without) that I wont eat." Saya merasa cukup aneh dengan keterangan ayah beranak dua tersebut. Tapi, saya tidak mau menanyakan lebih jauh apa alasannya. Tak lama kemudian, penumpang kelas satu dibagikan jatah makanan, yang dikemas seperti nasi kotak dalam acara perayaan di tanah air. Setelah melihat isinya, saya bilang padanya menunya ikan. Dia mengintip isi kardus dan mengatakan. "I only eat oceanic fish." Saya kembali dibikin teraneh-aneh. Ketika tiba di Wina, kami berhenti di sebuah kios makanan, yang di depannya terpampang gambar ikan. "So, now you can eat," ujar saya pada Jerzy. Jawaban tak terbayangkan lagi-lagi meluncur dari bibirnya. "You see a lot of German inside. It's impossible I buy anything in this store." Tanpa diminta, cerita mengharukan dibagi Jerzy. Dia sangat membenci orang Jerman karena banyak membantai keluarganya saat kependudukan Nazi di Polandia. Akhirnya kami pun pergi ke stadion dengan perut keroncongan. VIENNA, Austria 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar