Rabu, 30 Juni 2010
Manolo dan El Bombo de Espana, Roh La Furia Roja
BILA ada predikat suporter paling fanatik mungkin paling tepat disematkan kepada Manuel Caceres Artesero alias Manolo. Tangannya yang sudah mulai keriput tak lelah menabuh drum sepanjang laga Spanyol kontra Portugal dipentaskan. Bunyi yang keluar dari benda yang bertuliskan El Bombo de Espana (Drum Spanyol) seakan-akan menjadi ritme permainan La Furia Roja –julukan Spanyol- saat menaklukkan Seleccao das Quinas –julukan Portugal 1-0 di perdelapan final Piala Dunia 2010, Selasa (29/6).
“Saya selalu merasa saya bagian dari tim. Saya menyemangati mereka dengan tabuhan drum ini,” ucap Manolo.
Manolo memang bukan sembarang suporter. Pria kelahiran Ciudad Real, Spanyol ini tidak pernah melewatkan satu pun pertandingan La Furia Roja sejak Piala Dunia 1982. Kepada saya Manolo menegaskan tekadnya bakal pensiun mendukung langsung Spanyol di laga internasional jika sudah mengikuti 12 Piala Dunia. Ini artinya pria yang juga merupakan pendukung Valencia tersebut baru akan berisirahat pada 2026 atau ketika berusia 77 tahun.
“Dahulu saat Piala Dunia di Spanyol (1982) saya harus menumpang banyak kendaraan di jalan raya agar bisa mengikuti timnas. Ketika itu saya terus menabuh drum. Entah sembilan atau 10 drum yang saya pakai di Piala Dunia. Saya ganti bila robek atau rusak,” papar Manolo.
Di setiap laga Spanyol di belahan dunia manapun pertandingan tersebut digelar, Manolo berserta drum, dan kostum bernomor punggung 12 selalu hadir. Tak pernah tertinggal pula topi baret hitam Basquet yang selalu melekat di kepalanya.
Tapi kecintaan Manolo pada La Furia Roja memiliki konsikuensi yang sangat besar. Suatu saat pada 1987, Manolo pulang ke kediamannya setelah mendukung Spanyol di pertandingan kualifikasi Piala Eropa (kini Euro) 1988. Tapi, ternyata istri dan anaknya sudah pergi meninggalkan rumah dan tak pernah kembali. Diakui Manolo, dirinya kerap dibelit masalah finansial untuk membiayai perjalanan jauh saat mendukung La Furia Roja. Selain itu, Manolo juga selalu menolak bila ada pihak lain yang ingin membantu mengeloloa bar miliknya. “Saya mempunyai bar di sebelah stadion Mestalla (Valencia). Saya akan tutup ketika saya berpergian. Saya tidak prnah mau menyerahkan usaha saya walaupun sering rugi,” imbuh Manolo.
PRETORIA, South Africa 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar