Kamis, 17 Juni 2010
Magis Baobab dari Limpopo Afrika Selatan
Pernah nonton film Lion King? Kalau iya, pasti tahu dengan pohon besar dimana Rafiki, seekor baboon yang berprofesi sebagai dukun tinggal. Dipengaruhi oleh ‘kebijakan’ pohon Baobab, Rafiki meramalkan Simba menjadi raja paling arif yang pernah berkuasa di Pride Rock.
Kebijakan Baobab, bukan hanya ada di film atau cerita rakyat Afrika. Di Afrika Selatan (Afsel) pohon yang sangat besar dan rindang ini sangat diagung-agungkan orang Afrika, termasuk Afrika Selatan (Afsel). Dari cerita yang disampaikan secara turun temurun, awalnya manusia berasal dari pohon Baobab. Karenanya, para raja dari berbagai suku di benua ini kerap menggelar pertemuan di bawah pohon yang bisa tumbuh hingga 30 meter dengan diameter 11 meter. Selain nyaman, mereka percaya pohon tersebut menjaga kepala para pemimpin tetap dingin. Sehingga konflik perebutan wilayah bisa diatasi tanpa pertumpahan darah. Baobab juga terbukti memiliki kelembaban yang sangat tinggi. Tak heran, bila banyak hewan berlindung dan mengandalkan daun pohon ini sebagai sumber makanan. Gerombolan gajah kerap terlihat memakan daun serta ranting kecil pohon ini. Atau berbagai burung yang mengkonsumsi buah Baobab. Sedangkan bunga tumbuhan yang berserakan di tanah menjadi jatah antelope (sejenis rusa).
Tumbuhan yang berasal dari genus Adamsonia ini sungguh luar biasa. Di Sunland, Modjadjiskloof, Provinsi Limpopo, sekitar dua jam perjalanan dari Kota Limpopo, terdapat Baobab terbesar di dunia. Dari pemerikasaan karbon diketahui baobab di tempat ini berusia sekitar 6000 tahun. Saking tuanya, pohon ini berlubang sehingga cukup untuk menampung 50 orang dalam posisi berdiri. Inilah yang membuat pasangan Doug dan Heather van Heerden membeli komplek pertanian yang di dalamnya terdapat pohon raksasa ini. Keduanya lantas menyulap baobab menjadi bar. Di dalamnya bisa memuat 20 orang plus lima meja bundar. Sayang ketika saya berkunjung ke Sunland, daun baobab sudah hampir gugur seluruhnya. Maklum saja saat ini di Afsel sedang musim dingin.
“Kami sangat percaya akan apa yang dimiliki pohon baobab. Kami sangat menghormatinya. Tumbuhan itu sangat tua, dan sudah mengalami banyak hal yang terjadi di dunia,” ungkap Rosella Mbekji, seorang tour guide di Provinsi Limpopo.
LIMPOPO, South Africa 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar